Story

Novel Novel tempoe dulu :) Luar biasa

Akhirnya ku buka lgi novel novel kesayanganku. Hamper setahun lebih, karena sibuk pindahan, bandung – Jakarta  jadi nya  lupa membuka koleksi novel yang membuat mata tidak bergeming untuk membacanya. Bermula dari kesenangan membaca kisah sitinurbaya, dan sekarang mencari novel novel terbit an lama,, misalnya merantau ke deli, salah asuhan, bahkan di bukitnggi sendiri sudah sangat susah menemukan novelnya. Saya sampai nyarinya ke jatinangor, dan beberapa novel lama lainnya tersebut huntingnya sampai ke bandung, jakarta dan padang,,hehehe ( luar biasa )

Bermula terhadap kegamuman atas novel Buya hamka yang berjudul tenggelamnya kapal van der wich, yang bikin saya sampai nangis,, hanya karena sebuah novel. Buya hamka menyusun dengan apiknya kata demi kata yang mampu membuat kita untuk  mencari novel lainnya, sungguh karya yang sangat luar biasa dan interpretasi yang sangat membuat saya kagum akan sosok nya.

Berikut synopsis dari beberapa novel yang saya juga ngambil dari beberapa web lainnya :

  • SINOPSIS SITI NURBAYA KARYA MARAH RUSLI (1922)

Selain karena hubungan kedua orang tua mereka amat akrab, Sitti Nurbaya dan Samsul Bahri adalah kawan sepermainan bertetangga yang bersekolah di sebuah sekolah yang sama. Berangkat dan pulang bersama, mereka selalu siantar oleh kusir Ali, pembantu Nurbaya yang setia dengan sado milik Nurbaya.

Ayah Nurbaya adalah saudagar kaya di daerah Padang, bernama Baginda Sulaiman. Ayah Samsul Bahri adalah seorang bangsawan yang menduduki jabatan sebagai penghulu di daerah Padang, bernama Sutan Mahmud Sjah. Selain itu, di Padang tinggallah seorang saudagar lain bernama Datuk Maringgih. Sifatnya amat licik, kekayan yang diperolehnya dengan cara tidak benar.

Untuk melanjutkan sekolahnya ke Jakarta, ayah Samsul Bahri terpaksa meminjam uang sebesar tigaribu rupiah pada Datuk Maringgih. Tindakan Sutan Mahmud hendak menyekolahkan Samsul Bahri ke Jakarta tidak dapat diterima oleh kakak perempuannya bernama Putri Rubiah karena menurut adat Sutan Mahmud justru harus menanggung kehidupan kemenakannya yang bernama Rukiah, dan bukan anaknya sendiri yang bernama Samsul Bahri.

Persahabatan Samsul Bahri dengan Siti Nurbaya kemudian berkembang menjadi hubungan cinta. Sewaktu mereka pergi bertamasya bersama Bachtiar dan Arifin ke Gunung Padang, Samsul Bahri menyatakan perasaannya serta bercerita tentang mimpinya jatuh dari sebuah menara bersama Siti Nurbaya setelah mereka melihat Datuk Maringgih.

Samsul tergolong murid yang pandai. Sementara itu sepeninggal Samsul kekasihnya, Siti Nurbaya amat kesepian. Kehidupan Siti Nurbaya berubah pada saat usaha ayahnya mengalami kebangkrutan karena tindakan licik Datuk Maringgih. Datuk Maringgih bersama Pendekar Lima membakar gudang-gudang, toko-toko, serta menenggelamkan perahu-perahu dagang Baginda Sulaiman, bahkan seluruh kebun kelapa milik saudagar saingannya itu. Dengan demikian suatu ketika, Baginda Sulaiman membutuhkan pinjaman uang untuk meneruskan usahanya dan berjanji akan mengembalikannnya dalam jangka tiga bulan. Karena tidak dapat mengembalikan pada waktu ynag telah dijanjijkan, Datuk Maringgih menagkap Baginda Sulaiman untuk di penjara. Ia pun melepaskan Baginda Sulaiman asal Nurbaya diserahkan padanya untuk diperistri.

Keadaan itulah yang menyebabbkan Nurbaya terpaksa menerima syarat yang diajukan Datuk Maringgih untuk memperistrinya. Ia menerima Datuk Maringgih karean perasaan kasihan pada ayahnya.

Surat Nurbaya yang diterima Samsul Bahri di Jakarta itu amat membuat persaan Samsul Bahri terpukul dan terhina. Pada suatu liburan lebaran, Samsul Bahri pulang ke Padang hendak menjenguk orang tuanya kebetulan Nurbaya pun sedang menjenguk ayahnya. Pertemuan itu kembali membuat dua insane ingat kembali cinta mereka yang masih membara. Ketika mereka sedang bercakap-cakap, datanglah Datuk Maringgih ke rumah mertuanya bersama tukang-tukang pukulnya. Terjadilah perkelahian antar Samsul Bahri dan Datuk Maringgih karean Datuk Maringgih telah berbuat senonoh pada Nurbaya.

Ayah Nurbaya mendengar keributan itu terkejut dan terguling-guling jatuh dari tangga menemui ajalnya.

Peristiwa itu membuat Sutan Mahmud amat marah pada Samsul Bahri karena Samsul telah membuat aib orang tuanya serta dianggap telah menggangu istri orang. Oleh karena itu Sutan Mahmud akhirnya mengusir Samsul Bahri dari Padang dan tidak mau lagi menganggapnya sebagai anak. Sejak itu pulalah Nurbaya tidak mau tinggal serumah bersama Datuk Maringgih dan menumpang di rumah familinya.

Samsul Bahri akhirnya melarikan diri ke Jakarta. Suatu ketika dengan sembunyi-sembunyi Nurbaya menyusul ke Jakarta diantar kusir Ali. Karena tipu muslihat Datuk Mairnggih, Nurbaya terpaksa kembali ke Padang karena dituduh melarikan barang-barang milik Datuk Maringgih. Setelah diadili ternyata Nurbaya tidak terbukti bersalah sehingga ia bebas dari tuntutan. Namun Datuk Maringgih tidak puas dengan keadaan Nurbaya. Dengan mengupah orang suruhannya ia meracuni Nurbaya dengan kue lemang. Ibu Samsul Bahri akhirnya sakit dan meninggal karena kematian Nurbaya.

Samsul Bahri mencoba bunuh diri di Jakarta, atas tindakan Arifin Samsul Bahri dapat diselamatkan dari kematian.

Sepuluh tahun kemudian Samsul Bahri telah menjadi Letnan Mas dan tinggal di Cimahi, Bandung. Ia mendapat tugas untuk memadamkan di daerah Padang karena perkara belasting (pajak). Dimulailah perlawanan memadamkan pemberontakan yang di antaranya dipimpin oleh Datuk Maringgioh yang membangkang tidak membayar pajak pada Belanda. Dalam pertempuran yang seru akhirnya Samsul Bahri dapat membinasakan Datuk Maringgih. Akan tetapi iapun terluka parah dan meninggal di Padang. Begitu Sutan Mahmud tahu bahwa Letnan Mas adlah Samsul Bahri anaknya, ia pun meninggal dunia ( Sumardjo, 1992:62-64).

sumber : http://www.banyakilmu.com/sinopsis-siti-nurbaya-karya-marah-rusli-1922/

  • Sinopsis Tenggelamnya Kapal vander wijkc

    Roman yang dikarang oleh Prof. Dr. Hamka ini diterbitkan tahun 1939. Roman ini mengisahkan persoalan adat yang berlaku di Minangkabau dan persoalan kekayaan yang menghalangi hubungan cinta sepasang kekasih.
    Sejak berumur 9 bulan, Zainuddin telah ditinggalkan Daeng Habibah ibunya, menyusul kemudian ayahnya yang bernama Pendekar Sutan. Zainuddin tinggal bersama bujangnya, Mak Base, Kira-kira 30 tahun yang lalu, ayahnya punya perkara dengan Datuk Mantari Labih mamaknya, soal warisan. Dalam suatu pertengkaran Datuk Mantari terbunuh. Pendekar Sutan kemudian dibuang ke Cilacap selama 15 tahun. Setelah selesai masa hukumannya, ia dikirim ke Bugis untuk menumpas pemberontakan yang melawan Belanda. Di sanalah Pendekar Sutan bertemu dengan Daeng Habibah. Untuk mencari keluarga ayahnya, Zainuddin pergi ke desa Batipuh di Padang. Di Padang ia tinggal di rumah saudara ayahnya, Made Jamilah. Sebagai seorang pemuda yang datang dari Makasar, ia merasa asing di Padang.Apalagi tanggapan saudara-saudaranya demikian. Demikian pula ketika ia dapat berkenalan dengan Hajati karena meminjamkan payungnya pada gadis itu. Hubungan antara Zainuddin dan Hajati makin hari tersiar ke seluruh dusun dan Zainuddin tetap dianggap orang asing bagi keluarga Hajati maupun orang-orang di Batipuh.

    Untuk menjaga nama baik kedua orang muda dan keluarga mereka masing-masing, Zainuddin disuruh meninggalkan Batipuh oleh mamak Hajati. Dengan berat hati Zainuddin meninggalkan Batipuh menuju Padang Panjang. Di tengah jalan Hajati menemuinya dan mengatakan bahwa cintanya hanya untuk Zainuddin.

    Zainuddin menerima kabar bahwa Hajati akan pergi ke Padang Panjang untuk melihat pacuan kuda atas undangan sahabat Hajati yang bemama Chadidjah. Zainuddin hanya dapat bertemu pandang di tempat itu karena bersama orang banyak ia terusir dari pagar tribune. Pertemuan yang sekejap itu membuat Hajati mendapat ejekan dari Chadidjah. Chadidjah

    sendiri sebenamya bermaksud menjodohkan Hajati dengan Aziz, kakak Chadidjah sendiri.

    Karena merasa cukup mempunyai kekayaan warisan dari orang tuanya setelah Mak Base meninggal, Zainuddin mengirim surat lamaran pada Hajati. Temyata surat Zainuddin bersamaan dengan lamaran Aziz. Setelah diminta untuk memilih, Hajati memutuskan memilih Aziz sebagai calon suaminya. Zainuddin kemudian sakit selama dua bulan karena Hajati menolaknya. Atas bantuan dan nasehat Muluk, anak induk semangnya, Zainuddin dapat merubah pikirannya. Bersama Muluk, Zainuddin pergi ke Jakarta.

    Dengan nama samaran “Z”, Zainuddin kemudian berhasil menjadi pengarang yang amat disukai pembacanya. la mendirikan perkumpulan tonil “Andalas”, dan kehidupannya telah berubah menjadi orang terpandang karena pekerjaannya. Zainuddin melanjutkan usahanya di Surabaya dengan mendirikan penerbitan buku-buku.

    Karena pekeriaan Aziz dipindahkan ke Surabaya, Hajati pun mengikuti suaminya. Suatu kali, Hajati mendapat sebuah undangan dari perkumpulan sandiwara yang dipimpin dan disutradarai oleh Tuan Shabir atau “Z”. Karena ajakan Hajati Aziz bersedia menonton pertunjukkan itu. Di akhir pertunjukan baru mereka ketahui bahwa Tuan Shabir atau “Z”adalah Zainuddin.

    Hubungan mereka tetap baik, juga hubungan Zainuddin dengan Aziz. Perkembangan selanjutnya Aziz dipecat dari tempatnya bekerja karena hutang yang menumpuk dan harus meninggalkan rumah sewanya karena sudah tiga bulan tidak membayar, bahkan barang-barangnya disita untuk melunasi hutang. Selama Aziz di Surabaya, ia telah menunjukkan sifat-sifatnya yang tidak baik. la sering keluar malam bersama perempuan jalang, berjudi, mabuk-mabukan, serta tak lagi menaruh cinta pada Hajati. Akibatnya, setelah mereka tidak berumah lagi. Mereka terpaksa menumpang di rumah Zainuddin

Sumber :http://www.pustakasekolah.com/noveltenggelamnya-kapal-van-der-wijck.html

  • Sinopsis Salah Asuhan

     

    Tragis dan Sedih.

    Hanafi adalah seorang Minang yang jatuh cinta kepada Corrie du Busse, gadis keturunan Perancis. Sebagai seorang pribumi, tentu akan membawa banyak masalah jika memiliki hubungan khusus dengan warga Eopra yang waktu itu adalah bangsa penjajah. Hal itu pun berat bagi Corrie sebagai bangsa Eropa karena kaum pribumi dianggap tidak sederajat dengan mereka.

    Jalan Hanafi untuk menggapai Corrie semakin sulit ketika ibu Hanafi memberitahukan perjodohan Hanafi dengan Rapiah. Hanafi tidak bisa menolak karena perjodohan tersebut, menurut ibunya, adalah bentuk balas budi kepada mamak-mamak Hanafi yang telah menyekolahkannya sampai HBS. Hanafi pun menerima perjodohannya dengan Rapiah, walaupun ia sama sekali tidak pernah menganggap Rapiah sebagai seorang istri yang harus ia cintai bahkan sampai anak mereka, Syafei, lahir. Hidup semakin sulit bagi Hanafi dan keluarganya. Hanafi merasa tertekan, pun Rapiah yang menjadi sasaran pelampiasan Hanafi. Ibunya pun sangat tidak tega melihat menantunya selalu menangis akibat perlakuan buruk suaminya.

    Suatu ketika Hanafi digigit anjing gila. Karena takut rabies, ia pun pergi berobat ke Betawi. Entah mengapa Rapiah sudah merasakan firasat bahwa suaminya pergi tidak untuk sementara saja. Betul sekali firasat Rapiah itu, karena Hanafi bertemu kembali dengan Corrie di Betawi. Saat itu Corrie sedang menlanjutkan sekolahnya di HBS.

    Hanafi bertemu dengan Corrie yang sedang merindukan kebebasan. Ayahnya telah meninggal dunia. Ia harus menikah agar bisa mendapatkan hak untuk mengelola warisan dari ayahnya. Perasaan Hanafi terhadap Corrie tidak pernah berubah. Ia pun mengirimkan ”surat cerai” kepada ibu dan istrinya yang sedang menanti di Solok.

    Hanafi dan Corrie sama-sama mengetahui perasaan mereka. Hanafi terus berusaha agar bisa menikahi Corrie. Ketika akhirnya Hanafi berhasil mendapatkan persamaan hak dengan warga Eopra, ia berani melamar Corrie. Awalnya Corrie merasakan kebimbangan, tetapi ia menyadari bahwa selain Hanafi, tidak ada lelaki lain yang sanggup membuatnya berpaling.

    Pernikahan Corrie dan Hanafi tidak seindah yang mereka bayangkan. Kawan-kawan Corrie sesama warga Eropa mulai menjauhkan diri darinya. Ia merasa tertekan dan terkudilkan. Begitu pula dengan Hanafi. Dalam keadaan demikian, Hanafi menuduh COrrie berzina karena sering bergaul dengan Tante Lien yang seorang mucikari. TIdak terima mendapat tuduhan seperti itu dari suaminya sendiri, Corrie pun pergi.

    Hanafi sangat menyesal. Ia mencari Corrie ke sana kemari. Corrie ternyata sedang mengabdikan diri di rumah yatim piatu. Malangnya, ketika Hanafi bertemu kebali dengan Corrie, Corrie sudah sekarat akibat terjangkit kolera. Hanafi mulai merasakan putus asa sedalam-dalamnya setelah akhirnya Corrie meninggal.

    Tanpa punya harapan apa-apa lagi, Hanafi memutuskan untuk pulang ke Solok menemui ibunya. Saat tiba di Sumatera, secara tidak sengaja ia bertemu kembali dengan si Buyung, bujangnya, dan Syafei, anak yang ditelantarkan oleh Hanafi. Ia pun bertemu kembali dengan Rapiah secara tidak sengaja.

    Bersama ibunya, Hanafi singgah di rumah kerabatnya. Di sana Hanafi merasa hidupnya sudah tidak berharga lagi. Ia meminum sublimat dosis tinggi yang mengakibatkan lambungnya hancur. Setelah sebelumnya meminta maaf kepada ibunya dan membaca dua kalimat syahadat, Hanafi menutup mata untuk yang terakhir kalinya.

Sumber : http://himpunlalu.blogspot.com/2012/01/sinopsis-salah-asuhan.html

  • Sinopsi Merantau kedeli

Buku ini mengisahkan seorang wanita, Poniem yang diselamatkan dari lembah kehinaan oleh seorang lelaki bujang, Leman. Dia dinobatkan sebagai isteri dalam sebuah rumahtangga yang bahagia. Poniem begitu setia terhadap suaminya dan berusaha sedaya upaya untuk membantu dalam segenap urusan rumahtangga dan pekerjaan suaminya. Walaubagaimanapun ketenangan hidup berumahtangga mereka semakin hari semakin hilang setelah Leman mulai beroleh kesenangan dari perniagaannya. Sebagai lelaki yang berasal dari keluarga Minang, dia ditekan oleh keluarga supaya mengahwini seorang gadis berketurunan sama untuk meneruskan adat dan budaya.

Lama-kelamaan Leman termakan pujukan tersebut dan menerima cadangan kaum kerabatnya. Leman berkahwin lagi dan berjanji kepada Poniem tidak akan mengabaikan kebajikan dan perasaannya sebagai isteri pertama. Namun tidak berapa lama, janji tinggal janji. Isteri mudanya jauh lebih pandai menghias diri dan bermanja, malah mengadu domba supaya Leman lebih mengasihinya. Pergaduhan mula menjadi-jadi antara dua madu yang tinggal serumah itu. Perniagaan Leman yang selama ini dibantu Poniem pun hendak dikuasai oleh isteri muda. Leman yang serba-salah pada mulanya oleh kelakuan kedua-dua isterinya mula memihak kepada isteri muda.

Satu pergaduhan besar berlaku hingga Leman menceraikan Poniem. Sejak hari itu Poniem menghilangkan diri. Perniagaan yang dibina Leman bersama Poniem selama ini mula kerugian, tambahan lagi dengan sikap tamak isteri yang baru. Barulah Leman menyedari, selama ini dia menumpang kebijakan dan ketekunan Poniem dalam berniaga. Tapi nasi sudahpun menjadi bubur.

Poniem akhirnya bertemu jodoh baru yang lebih memahami dan menghargainya, iaitu salah seorang daripada pekerja terbaik di kedainya dahulu. Mereka membina perniagaan baru dengan sedikit modal yang ada pada mereka. Perniagaan itu berkembang maju hingga mereka menjadi senang dan berjaya mengumpul wang untuk membeli rumah dan tanah.

Sementara itu Leman dan isteri mudanya dulu semakin hari semakin jatuh miskin. Semua teman-temannya yang dulu menggeleng kepala melihat keadaannya yang kian hari kian sukar. Pertemuan kembali Leman dan Poniem benar-benar menginsafkan Leman – apatah lagi Poniem telah menjadi senang dan mempunyai suami baru yang menghargainya.

  • SINOPSIS NOVEL RINAI KABUT SINGGALANG


    Dikisahkan, Maimunah (ibu Fikri), perempuan asal Pasaman (Sumatera Barat) telah dicoret dari ranji silsilahnya lantaran nekad menikah dengan Munaf (ayah Fikri), laki-laki asal Aceh. Munaf dianggap sebagai “orang-datang”, “orang di pinggang”, “orang yang tak berurat-berakar”. Menerima laki-laki itu sama saja dengan mencoreng kehormatan keluarga sendiri. Namun, diam-diam Maimunah melarikan diri ke Medankota itu. Setelah menikah, Maimunah tinggal di Aceh, dan tak pernah kembali pulang ke Pasaman. Sementara itu, orang tua Maimunah hidup berkalang malu, sakit-sakitan, dan akhirnya meninggal dunia. Safri, kakak kandung Maimunah bahkan sampai mengalami gangguan jiwa (gila), lantaran menanggung aib karena ulah adiknya melawan adat. dan melangsungkan pernikahan dengan Munaf diLuka serupa kelak juga dialami Fikri. Fikri merantau ke Padang, karena ia bercita-cita hendak melanjutkan sekolah di perguruan tinggi. Sebelum ke Padang, Fikri mencari mamaknya (paman) di Kajai, Pasaman. Di kampung asal ibunya itu, Fikri sempat merawat paman Safri yang mengidap penyakit selepas kepergian Maimunah ke Aceh─dan karena itu ia dipasung di tengah hutan. Namun akhirnya Mak Safri tewas dibunuh akibat suatu perkelahian. Fikri pun meninggalkan Kajai hijrah ke Padang. Semasa di Padang, Fikri bertemu dengan Rahima, yang kemudian menjadi kekasih pujaannya. Namun, cintanya bagai bertepuk sebelah tangan. Keluarga Rahima─utamanya Ningsih (kakak Rahima)─ bulat-bulat menolak pinangan Fikri, lagi-lagi dengan alasan: Fikri “orang-datang”, “orang di pinggang”.Remuk-redamnya perasaan Fikri bersamaan dengan luluhlantaknya Aceh, tanah asal Fikri, selepas megabencana Gempa dan Tsunami (2004). Annisa, adik kandungnya digulung gelombang besar, rumah tempat ia dibesarkan tak bisa ditandai lagi titiknya. Ibu-bapaknya telah meninggal sebelum bencana. Fikri hidup sebatangkara. Dan, begitu kembali ke Padang, persoalan berat sudah menunggunya. Betapa tidak? Rahima telah dijodohkan dengan laki-laki lain. Akhirnya perempuan itu diboyong Ningsih ke Jakarta. Sementara di Padang, Fikri terpuruk dalam kesendirian, dalam keterpiuhan perasaan lantaran pengkhianatan cinta. Belakangan, Fikri mendengar kabar, Ningsih menjodohkan adiknya (Rahima) dengan laki-laki lain ternyata atas dasar hutang budi. Kabar ini membuat Fikri semakin karam di kerak kepedihan.Sampaikah Fikri dan Rahima bersua di kemudian hari ataukah pemuda malang itu hanya bertepuk sebelah tangan? Simak kelanjutan kisah yang mengharu-biru perasaan ini, dan menguras air mata dalam setiap babnya…

 

  • Novel Sensara membawa nikmat

Dulu mungkin kita pernah menyaksikan di layar televisi film midun,ya hampir setiap sore saya menonton film midun, yang diperankan oleh Desi ratnasari dan sandi nayoan, beigtu kental sisi instrinstik nya. film yang sangat bagus menurut saya yang di angkat dari novel sensara membawa nikma.

udul : Sengsara Membawa Nikmat
Pengarang : Tulis Sutan Sati
Penerbit : Balai Pustaka
Cetakan : 1929
Tebal Buku : 192 Halaman


Seorang pemuda bernama Kacak, karena merasa Mamaknya adalah seorang Kepala Desa yang dikuti, selalu bertingkah angkuh dan sombong. Dia suka ingin menang sendiri. Kacak paling tidak senang melihat orang bahagia atau yang melebihi dirinya. Kacak kurang disukai orang-orang kampungnya karena sifatnya yang demikian. Beda dengan Midun, walaupun anak orang miskin, namun sangat disukai oleh orang-orang kampungnya. Sebab Midun mempunyai perangai yang baik, sopan, taat agama, ramah serta pintar silat. Midun tidak sombong seperti Kacak.
Karena Midun banyak disukai orang,

maka Kacak begitu iri dan dengki pada Midun. Kacak sangat benci pada Midun. Sering dia mencari kesempatan untuk bisa mencelakakan Midun, namun tidak pernah berhasil. Dia sering mencari gara-gara agar Midun marah padanya, namun Midun tak pernah mau menanggapinya. Midun selalu menghindar ketika diajak Kacak untuk berkelahi. Midun bukan takut kalah dalam berkelahi dengan Kacak, karena dia tidak senang berkelahi saja. Ilmu silat yang dia miliki dari hasil belajarnya pada Haji Abbas bukan untuk dipergunakan berkelahi dan mencari musuh tapi untuk membela diri dan mencari teman.

Suatu hari istri Kacak terjatuh dalam sungai. Dia hampir lenyap dibawa arus. Untung waktu itu Midun sedang berada dekat tempat kejadian itu. Midun dengan sigap menolong istri Kacak itu. Istri Kacak selamat berkat pertolongan Midun. Kacak malah balik menuduh Midun bahwa Midun hendak memperkosa istrinya. Air susu dibalas dengan air tuba. Begitulah Kacak berterima kasih pada Midun. Waktu itu Midun menanggapi tantangan itu. Dalam perkelahian itu Midun yang menang. Karena kalah, Kacak menjadi semakin marah pada Midun. Kacak melaporkan semuanya pada Tuanku Laras. Kacak memfitnah Midun waktu itu, rupanya Tuanku Laras percaya dengan tuduhan Kacak itu. Midun mendapat hukuman dari Tuanku Laras.
Midun diganjar hukuman oleh Tuanku Laras, yaitu harus bekerja di rumah Tuanku Laras tanpa mendapat gaji. Sedangkan orang yang ditugaskan oleh Tuanku Laras untuk mengwasi Midun selama menjalani hukuman itu adalah Kacak. Mendapat tugas itu, Kacak demikian bahagia. Kacak memanfaatkan untuk menyiksa Midun. Hampir tiap hari Midun diperlakukan secara kasar. Pukulan dan tendangan Kacak hampir tiap hari menghantam Midun. Juga segala macam kata-kata hinaan dari Kacak tiap hari mampir di telinga Midun. Namun semua perlakuan itu Midun terima dengan penuh kepasrahan.
Walaupun Midun telah mendapat hukuman dari Mamaknya itu, namun Kacak rupanya belum puas juga. Dia belum puas sebab Midun masih dengan bebas berkeliaran di kampung utu. Dia tidak rela dan ikhlas kalau Midun masih berada di kampung itu. Kalau Midun masih berada di kampung mereka, itu berarti masih menjadi semacam penghalang utama bagi Kacak untuk bisa berbuat seenaknya di kampung itu. Untuk itulah dia hendak melenyapkan Midun dari kampung mereka untuk selama-lamanya.
Untuk melaksanakan niatnya itu, Kacak membayar beberapa orang pembunuh bayaran untuk melenyapkan Midun. Usaha untuk melenyapkan Midun itu mereka laksanakan ketika di kampung itu diadakan suatu perlombaan kuda. Sewaktu Midun dan Maun sedang membeli makanan di warung kopi di pinggir gelanggang pacuan kuda itu, orang-orang sewaan Kacak itu menyerang Midun dengan sebelah Midun pisau.
Tapi untung Midun berhasil mengelaknya. Namun perkelahian antar mereka tidak bisa dihindari. Maka terjadilah keributan di dalam acar pacuan kuda itu. Perkelahian itu berhenti ketika polisi datang. Midun dan Maun langsung ditangkap dan dibawa ke kantor polisi.
Setelah diperiksa, Maun dibebaskan. Sedangkan Midun dinyatakan bersalah dan wajib mendekam dalam penjara. Mendengar kabar itu, waduuh betapa senangnya hati Kacak. Dengan Midun masuk penjara, maka dia bisa dengan bebas berbuat di kampung itu tanpa ada orang yang berani menjadi penghalangnya.
Selama di penjara itu, Midun mengalami berbagai siksaan. Dia di siksa oleh Para sipir penjara ataupun oleh Para tahanan yang ada dalam penjara itu. Para tahanan itu baru tidak berani mengganggu Midun ketika Midun suatu hari ber¬hasil mengalahkan si jago Para tahanan.
Karena yang paling dianggap jago oleh Para tahanan itu kalah, mereka kemudian pada takut dengan Midun. Midun sejak itu sangat dihormati oleh para tahanan lainnya. Midun menjadi sahabat mereka.
Suatu hari, ketika Midun sedang bertugas menyapu jalan, Midun Melihat seorang wanita cantik sedang duduk duduk melamun di bawah pohon kenari. Ketika gadis itu pergi, ternyata kalung yang dikenakan gadis itu tertinggal di bawah pohon itu. Kalung itu kemudian dikembalikan oleh Midun ke rumah si gadis. Betapa senang hati gadis itu. Gadis itu sampai jatuh hati sama Midun. Midun juga temyata jatuh hati juga sama si gadis. Nama gadis itu adalah Halimah.
Setelah pertemuan itu, mereka berdua saling bertemu dekat jalan dulu itu. Mereka saling cerita pengalaman hidup, Halimah bercerita bahwa dia tinggal dengan seorang ayah tiri. Dia merasa tidak bebas tinggal dengan ayah tirinya. Dia hendak pergi dari rumah. Dia sangat mengharapkan suatu saat dia bisa tinggal dengan ayahnya yang waktu itu tinggal di Bogor.
Keluar dari penjara, Midun membawa lari Halimah dari rumah ayah tirinya itu. Usaha Midun itu dibantu oleh Pak Karto seorang sipir penjara yang baik hati. Midun membawa Halimah ke Bogor ke rumah orang tua Halimah.
Ayah Halimah orangnya baik. Dia sangat senang kalau Midun bersedia tinggal bersama mereka. Kurang lebih dua bulan Midun bersama ayah Halimah. Midun merasa tidak enak selama tinggal dengan keluarga Halimah itu hanya tinggal makan minum saja. Dia mulai hendak mencari penghasilan. Dia kemudian pergi ke Jakarta mencari kerja. Dalam Perjalanan ke Jakarta. Midun berkenalan dengan saudagar kaya keturunan arab. Nama saudagar ini sebenarnya seorang rentenir. Dengan tanpa pikiran yang jelek-jelek, Midun mau menerima uang pinjaman Syehk itu.
Sesuai dengan saran Syehk itu, Midun membuka usaha dagang di Jakarta. Usaha Midun makin lama makin besar.
Usahanya maju pesat. Melihat kemajuan usaha dagang yang dijalani Midun, rupanya membuat Syehk Abdullah Al-Hadramut iri hati. Dia menagih hutangnya Midun dengan jumlah yang jauh sekali dari jumlah pinjaman Midun. Tentu saja Midun tidak bersedia membayarnya dengan jumlah yang berlipat lipat itu. Setelah gagal mendesak Midun dengan cara demikian, rupanya Syehk menagih dengan cara lain. Dia bersedia uangnya tidak di¬bayar atau dianggap lunas, asal Midun bersedia menyerahkan Halimah untuk dia jadikan sebagai istrinya. Jelas tawaran itu membuat Midun marah besar pada Syehk . Halimah juga sangat marah pada Syehk.
Karena gagal lagi akhirnya Syehk mengajukan Midun ke meja hijau. Midun diadili dengan tuntutan hutang. Dalam persidangan itu Midun dinyatakan bersalah oleh pihak pengadilan. Midun masuk penjara lagi.
Di hari Midun bebas itu, Midun jalan jalan dulu ke Pasar Baru. Sampai di pasar itu, tiba tiba Midun melihat suatu keributan. Ada seorang pribumi sedang mengamuk menyerang seorang Sinyo Belanda. Tanpa pikir panjang Midun yang suka menolong_orang itu, langsung menyelamatkan Si Sinyo Belanda.itu. Sinyo Belanda itu sangat berterima kasih pada Midun yang telah menyelamatkan nyawanya itu.
Oleh Sinyo Belanda itu, Midun kemudian diperkenalkan kepada orang tua Sinyo itu. Orang tua Sinyo Belanda itu ternyata seorang Kepala Komisaris, yang dikenal sebagai Tuan Hoofdcommissaris. Sebagai ucapan terima kasihnya pada Midun yang telah menyelamatkan anaknya itu, Midun langsung diberinya pekerjaan. Pekerjaan Midun sebagai seorang juru Tulis.
Setelah mendapat pekerjaan itu, Midun pun melamar Halimah. Dan mereka pun menikah di Bogor di rumah orang tua Halimah.
Prestasi kerja Midun begitu baik di mata pimpinannya. Midun kemudian diangkat menjadi Kepala Mantri Polisi di Tanjung Priok. Dia langsung ditu¬gaskan menumpas para penyeludup di Medan. Selama di Medan itu, Midun, bertemu dengan adiknya, yaitu Manjau. Manjau bercerita banyak tentang kampung halamannya. Midun begitu sedih rnendengar kabar keluarganya di kampung yang hidup menderita. Oleh karena itu ketika dia pulang ke Jakarta, Midun langsung minta ditugaskan di Kampung halamannya. Permintaan Midun itu dipenuhi oleh pimpinannya.
Kepulangan Midun ke kampung halamannya itu membuat Kacak sangat gelisah. Kacak waktu itu sudah menjadi penghulu di kampung rnereka. Kacak menjadi gelisah sebab dia takut perbuatannya yang telah menggelap¬kan kas negara itu akan terbongkar. Dan dia yakin Midun akan berhasil rnembongkar perbuatan jeleknya itu. Tidak, lama kemudian, memang Kacak ditangkap. Dia terbukti telah menggelapkan uang kas negara yang ada di desa mereka. Akibatnya Kacak masuk penjara atas perbuatannva itu.
Sedangkan Midun hidup berbahagia bersama istri dan seluruh keluarga¬nya di kampung.

Sumber : http://pusat-berbagi.blogspot.com/2012/04/sinopsis-novel-tulis-sutan-sati.html#

Teman teman yang mau berbagi buku buku novel tempoe dulu, kasih imfo ya, semoga bisa berbagi,

🙂 😉 🙂 thanks dear